LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES MANDIBULA
A.
Defenisi
Abses
adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat atau infeksi bakteri.
(www.,medicastore.com,2004)
Abses
adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang dikenal sebagai nanah, di suatu
tempat di dalam tubuh. Ini adalah hasil dari reaksi pertahanan tubuh terhadap
benda asing (Mansjoer A, 2005)
Abses
adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali dengan proses
yang disebut peradangan (Bambang, 2005)
Abses
adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
(Siregar, 2004). Sedangkan abses mandibula adalah abses yang terjadi di
mandibula. Abses dapat terbentuk di ruang submandibula atau salah satu
komponennya sebagai kelanjutan infeksi dari daerah leher. (Smeltzer dan Bare,
2001)
B.
Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi
bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara antara lain:
1. Bakteri masuk
kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
2. Bakteri menyebar
dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam
keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses.
Lebih lanjut Siregar (2004) menjelaskan
peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
1. Terdapat kotoran
atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
2. Darah yang
terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
3. Terdapat gangguan
sisitem kekebalan.
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD
dan Hendra Utama, (2001), abses mandibula sering disebabkan oleh infeksi
didaerah rongga mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan
didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak teraba
adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang dapat
menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan jalan napas. Bila ada
tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan napas hasur segera dilakukan
trakceostomi yang dilanjutkan dengan insisi digaris tengah dan eksplorasi
dilakukan secara tumpul untuk mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda
sumbatan jalan napas dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan
nanah, kelainan ini disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula).
Setelah dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman
aerob dan anaerob.
Abses bisa terbentuk diseluruh bagian
tubuh, termasuk paru-paru, mulut, rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan
didalam kulit atau tepat dibawah kulit terutama jika timbul diwajah.
C.
Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan
yang sehat, maka akan terjadi infeks. Sebgian sel mati dan hancur, menigglakan
rongga yang berisi jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih
yang merupakan pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga
tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah
putih yang mati inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong
jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi dinding pembatas.
Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencefah penyebaran infeksi lebih
lanjut jka suat abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.(www.medicastre.com.2004).
D.
Anatomi
dan fisiologi
A).
Mulut (oris)
Proses
pencernaan pertama kali terjadi di dalam rongga mulut. Rongga mulut dibatasi
oleh beberapa bagian, yaitu sebelah atas oleh tulang rahang dan langit-langit
(palatum), sebelah kiri dan kanan oleh otot-otot pipi, serta sebelah bawah oleh
rahang bawah.
1) Rongga Mulut(Cavum Oris)
Rongga mulut merupakan awal dari
saluran pencernaan makanan. Pada rongga mulut, dilengkapi alat pencernaan dan
kelenjar pencernaan untuk membantu pencernaan makanan, yaitu:
Gigi(dentis)
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi. Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi partikel yang kecil-kecil. Gigi tertanam pada rahang dan diperkuat oleh gusi. Bagian-bagian gigi adalah sebagai berikut:
Mahkota Gigi
Bagian ini dilapisi oleh email dan di
dalamnya terdapat dentin (tulang gigi). Lapisan email mengandung zat yang
sangat keras, berwarna putih kekuningan, dan mengilap. Email mengandung banyak
garam kalsium.
Tulang Gigi
Tulang gigi terletak di bawah lapisan
email. Tulang gigi meliputi dua bagian, yaitu leher gigi dan akar gigi. Bagian
tulang gigi yang dikelilingi gusi disebut leher gigi, sedangkan tulang gigi
yang tertanam dalam tulang rahang disebut akar gigi. Akar gigi melekat pada
dinding tulang rahang dengan perantara semen.
Rongga gigi
Rongga gigi berada di bagian dalam
gigi. Di dalam rongga gigi terdapat pembuluh darah, jaringan ikat, dan jaringan
saraf.oleh karena itu, rongga gigi sangat peka terhadap rangsangan panas dan
dingin.
menurut bentuknya, gigi dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
(a) Gigi seri (incisivus/I), berfungsi
untuk memotong-motong makanan.
(b) Gigi taring (caninus/ C), berfungsi
untuk merobek-robek makanan.
(c) Gigi geraham depan (Premolare/ P),
berfungsi untuk menghaluskan makanan.
(d) Gigi geraham belakang (Molare/ M),
berfungsi untuk menghaluskan makanan.
Pada manusia, ada dua generasi gigi
sehingga dinamakan bersifat diphydont. Generasi gigi tersebut adalah gigi susu
dan gigi permanen. Gigi susu adalah gigi yang dimiliki oleh anak berusia 1-6
tahun. Jumlahnya 20 buah. Sedangkan gigi permanen dimiliki oleh anak di atas 6
tahun, jumlahnya 32 buah.
B) Lidah (lingua)
Lidah membentuk lantai dari rongga
mulut. Bagian belakang otot-otot lidah melekat pada tulang hyoid. Lidah tersiri
dari 2 jenis otot, yaiyu:
(1) Otot ekstrinsik yang berorigo di luar
lidah, insersi di lidah.
(2) Otot instrinsik yang berorigo dan
insersi di dalam lidah.
Kerja otot lidah ini dapat digerakkan
atas 3 bagian, yaitu: radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung
lidah), apeks lingua (ujung lidah). Lidah berfungsi untuk membantu mengunyah
makanan yakni dalam hal membolak-balikkan makanan dalam rongga mulut, membantu
dalam menelan makanan, sebagai indera pengecap, dan membantu dalam berbicara.
Sebagai
indera pengecap,pada permukaan lidah terdapat badan sel saraf perasa (papila).
ada tiga bentuk papila, yaitu:
(1) Papila fungiformis, berbentuk seperti
jamur, terletak di bagian sisi lidah dan ujung lidah.
(2) Papila filiformis, berbentuk
benang-benang halus, terletak di 2/3 bagian depan lidah.
(3) Papila serkumvalata, berbentuk bundar,
terletak menyusun seperti huruf V terbalik di bagian belakang lidah.
Lidah memiliki 10.000 saraf perasa,
tapi hanya dapat mendeteksi 4 sensasi rasa: manis, asam, pahit, dan asin.
C) Kelenjar Ludah
Makanan dicerna secara mekanis dengan
bantuan gigi, secara kimiawi dengan bantuan enzim yang dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar ludah. Kelenjar ludah mengandung menghasilkan saliva. Saliva
mengandung enzim ptyalin atu amylase yang berfungsi mengubah zat tepung atau
amilum menjadi zat gula atau maltosa.
Kelenjar ludah terdiri atas tiga pasang
sebagai berikut:
(1) Kelenjar parotis, terletak di bawah
telinga. Kelenjar ini menghasilkan saliva berbentuk cair yang disebut serosa.
Kelenjar paotis merupakan kelenjar terbesar bermuara di pipi sebelah dalam
berhadapan dengan geraham kedua.
(2) Kelenjar submandibularis /
submaksilaris, terletak di bawah rahang bawah.
(3) Kelenjar sublingualis, terletak di bawah lidah.
Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.
Kelenjar submandibularis dan sublingualis menghasilkan air dan lender yang disebut Iseromucus. Kedua kelenjar tersebut bermuara di tepi lidah.
E.
Pencegahan
Menurut FKUI (1990), antibiotika dosis
tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan secara parentral.
Evaluasi abses dapat dilakukan dalam anasksi lokalal untuk abses yang dangkal
dan teriokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan
luas. Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi 05
tiroid, tergantung letak dan luas abses. Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari
gejala dan tanda infeksi reda.
Suatu abses seringkali membaik tanpa
pengobatan, abses akan pecah dengna sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang
abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan. infeksi yang
terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan
benjolan yang keras.
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat
penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya. Suatu abses tidak
memiliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotik biasanya sia-sia
Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hal ini dilakukan
untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses menyebarkan
infeksi kebagian tubuh lainnya.
F.
Manifestasi
Klinik
Menurut Smeltzer dan Bare (2001),
gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengakakan
5. Kemerahan
6. Demam
Suatu abses yang terbentuk tepat
dibawah kulit biasanya tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain
ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat
benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam
tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh lebih besar.
Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.
Adapun tanda dan gejala abses
mandibula adalah nyeri leher disertai pembengkakan di bawah mandibula dan di
bawah lidah, mungkin berfluktuasi.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut Siregar (2004), abses dikulit atau
dibawah kulit sangat mudah dikenali. Sedangkan abses dalam sering kali sulit
ditemukan. Pada penderita abses, biasanya pemeriksaan darah menunjukkan
peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses
dalam bisa dilkukan pemeriksaan rontgen,USG, CT, Scan, atau MR.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ABSES
MANDIBULA
1.
Pengkajian.
Pengkajian
adalah usaha untuk mengumpulkan data-data sesuai dengan respon klien baik
dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, wawacara, observasi dan
dokumentasi secara bio-psiko-sosio-spiritual (Doenges, 2001).
Data
yang harus dikumpulkan dalam pengkajian yang dilakukan pada kasus abses
mandibula menurut Doenges, (2001) adalah sebagai berikut :
a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala,
nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran,
masalah dalam keseimbangan cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu,
takhipneu), pola napas (hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif: Perubahan tingkah laku/
kepribadian (tenang atau dramatis)
Data Obyektif : cemas, bingung,
depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan
mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f. Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran
sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran
bisa sampai koma, perubahan status mental, kesulitan dalam menentukan posisi
tubuh.
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : nyeri pada rahang dan
bengkak
Data Obyektif : Wajah meringis,
gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan
otot bantu pernapasan/ otot aksesoris.
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat
gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan
kognitif. Gangguan rentang gerak.
j. Prioritas keperawatan
1) Mengurangi ansietas dan trauma emosional
2) Menyediakan keamanan fisik
3) Mencegah komplikasi
4) Meredakan rasa sakit
5) Memberikan fasilitas untuk proses
kesembuhan
6) Menyediakan informasi mengenai proses
penyakit/prosedur pembedahan, prognosis dan kebutuhan pengobatan
k. Tujuan pemulangan
1) Pasien menghadapi situasi yang ada
secara realistis
2) Cidera dicegah
3) Komplikasi dicegah/diminimalkan
4) Rasa sakit dihilangkan/dikontrol
5) Luka sembuh/fungsi organ berkembang ke
arah normal
6) Proses penyakit/prosedur pembedahan,
prognosis, dan regimen terapeutik dipahami
Sedangkan menurut Dr. Rahajeng, (2006)
pengkajian pada Abses Mandibula, adalah:
a. Keadaan umum: lemah, lesu, malaise,
demam
b. Pemeriksaan Ekstra oral : asimetri
wajah, tanda radang jelas, fluktuasi (+), tepi rahang teraba
c. Pemeriksaan intra oral: Periodontitis
akut, muccobuccal fold, fluktuasi (-)
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut
T. Heather Herdman, et.al (2007), diagnosa keperawatan pada pasien dengan abses
mandibula adalah:
a. Nyeri Akut yang berhubungan dengan egen injuri biologi
Menurut Carpenito
(2000) nyeri akut adalah keadaan dimana individu melaporkan dan mengalami
adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan
atau kurang.
b. Hipertermi yang
berhubungan dengan proses penyakit.
Menurut Carpenito
(2000) Hipertermi
adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 37,5°C peroral atau 38,°C per rektal
karena faktor–faktor eksternal.
c. Kerusakan Intergritas kulit yang berhubungan dengan trauma
mekanik.
Menurut Carpenito
(2000) kerusakan integritas
kulit adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami kerusakan jaringan epidermis dan dermis.
Sedangkan menurut Doenges, (2001)
diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan infeksi rongga mulut adalah:
a. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan post operasi. Menurut Carpenito (2000) defisit volume cairan dan elektrolit
adalah Keadaan dimana seorang individu yang tidak menjalani
puasa mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial atau
intravaskuler.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka
insisi pembedahan. Menurut Carpenito (2000) nyeri akut adalah keadaan dimana
individu melaporkan dan mengalami adanya rasa ketidaknyamanan yang hebab atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
c.
Resiko infeksi
berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh. Menurut Carpenito
(2000) resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko
terserang oleh agen patogenik atau oportunis (virus, jamur, bakteri, protozoa
dan parasit lain) dari sumber-sumber endogen atau eksogen.
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area rahang. Menurut Carpenito
(2000) Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan suatu keadaan dimana individu yang tidak mengalami puasa atau yang
beresiko mengalami penurunan berat badan atau yang berhubungan dengan masukan
yang tidak adekuat
e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada area
rahang dan luka operasi. Menurut Carpenito (2000) perubahan pola tidur adalah keadaan di mana
individu mengalami atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau
kualitas pola tidurnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya
f.
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan adanya peradangan di area mulut. Menurut Carpenito
(2000) Gangguan komunikasi
verbal adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami, atau dapat mengalami penurunan kemampuan
atau ketidakmampuan untuk berbicara tetapi dapat mengerti orang.
g. Gangguan gambaran diri berhubungan
dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh. Menurut Carpenito
(2000) gangguan gambaran
diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau beresiko untuk
mengalami gangguan dalam cara pencerapan citra diri seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Harrison.
Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt
J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13.
jakarta : EGC. 1999.
NANDA, 2005
NIC, 2005
NOC2005
Siregar, R,S. Atlas
Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C,
Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and
Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica
Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN GANGUAN PADA SISTEM
PENCERNAAN
SEHUBUNGAN DENGAN “ ABSES MANDIBULA”
DI RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama :
Tn “S”
Umur :
43 Tahun
Jenis kelamin :
Laki-laki
Agama :
Islam
Status
Pernikahan :
kawin
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
Pegawai PT. Minanga Ogan
Alamat :
Komplek Minanga Ogan
No. Reg :
54477
Tanggal
Masuk :
19-04-13 Pukul: 16.00
Tanggal
Penkajian :
24-04-13
Diagnosa
Medis :
“ABSES MANDIBULA”
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama :
Ny “N”
Umur :
38 Tahun
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan :
IRT
Hubungan
Dengan Klien : Istri
klien
Almat :
Komplek Minanga Ogan
B. STATUS KESEHATAN
1. Riwayat Perjalanan
Penyakit
Klien
mengatakan sebelum ia masuk rumah sakit, klien melakukan cabut gigi ±3 hari
yang lalu, kemudian di malam hari nya klien merasakan demam disertai nyeri bengkak pada pipi kiri dan sulit
untuk menelan, dan akhirna pada tanggal 19 April 2013
keluarga kelien membawa klien ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
2. Keluhan Utama
Klien
mengatakan nyeri pada bagian pipi sebelah kiri.
3. Riwayat Penyakit
Sekarang
Saat
pengkajian klien mengatakan nyeri pada pipi kiri seperti di tusuk-tusuk.
Skala nyeri:
Ringan ( 1-4 ), Sedang ( 5-8 ), Berat ( 9-10 ).
P: Nyeri disebabkan adanya abses pada daerah mandibula.
Q: Nyeri seperti
di tusuk-tusuk.
R: Nyeri
pada bagian pipi kiri.
S: Skala 6.
T: Pada saat
beraktifitas.
4. Riwayat Penyakit
Dahulu
Saat
pengkajian klien mengatakan bahwa penyakit yang ia alami timbul pada saat keadaan
giginya mulai rusak. Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit yang lain selain yang ia derita, klien
juga mengatakan bahwa tidak memiliki alergi obat- obatan, tetapi klien memiliki
kebiasaan buruk yaitu merokok.
5. Riwayat Kesehatan
Keluarga
Genogram keluarga Tn “S”
: Perempuan
Dari pengkajian
dari keluarga klien didapati hanya klien sendiri yang menderita
penyakit ABSES
MANDIBULA.
C. ASPEK PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. Status Psikologis
A.
klien merasa terbebani dengan penyakit yang ia derita karena pasien tidak
bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya.
B.
klien mengatakan pekerjaanya selama ia di rawat di RS telah di gantikan oleh
anak
buahnya.
C.
keluarga klien mengtakan tidak merasa terbebani dengan penyakit yang
diderita
klien, karena manusia ada kekurangan dan kelebihan
2. Status Sosial
A.
peran pasien dalam keluarga sudah di gantikan oleh sanak saudara klien untu sementara.
B.
hubungan antar dan inter keluarga sangat baik terlihat dari keluarga dan
tetangga
yang dating bergantian untuk menjenguk dan menjaga klien.
3. Status
Spiritual
A.
klien mengatakan bahwa ia menganut agama islam.
b.
saat di rawat pasien tidak melakukan ibadah di karenakan masih sering terasa
nyeri
di pipi sebelah kiri dan anjuran untuk istirahat.
D. POLA
AKTIVITAS SEHARI-HARI
No
|
Pola Aktivitas
|
Sebelum di RS
|
Setelah di RS
|
1.
|
Nutrisi
- Makan
Frekuensi
Porsi
Diet
- Minum
Jenis minum
Frekuensi
|
3X / Hari
1 piring
Tidak ada
Air Putih
±8 gelas / Hari
|
3X / Hari
1 piring tidak habis
BB
Air Putih
±8 gelas / Hari
|
2.
|
Eliminasi
- BAK
Frekuensi
Warna
-BAB
Frekuensi
Warna
Konsistensi
|
±6X / hari
Kuning
±3X / hari
Kuning
Lembek
|
±5X / hari
Kuning
±3X / hari
Kuning
lembek
|
3.
|
Pola
Aktivitas
|
Mandiri
|
Dibantu
|
4.
|
Istirahat
Tidur
- Tidur
malam
Lamanya
Insomnia
-Tidur
Siang
Lamanya
|
±5-6jam / hari
-
1-2jam / hari
|
±4-5 / hari
Ada
±1jam /hari
|
E. PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE
1. KEADAAN UMUM
A. Kesadaran
: compos matis
B.
Tanda-tanda Vital
Tekanan
darah : 130 / 80 MmHg
Pulse
:
84X / Menit
RR :
23X / Menit
Temp :
38,2 ®C
2. KEADAAN KHUSUS
A.
kepala
-
Rambut
Warna : Hitam keputihan
Distribusi : Lebat dan lurus
Keluhan :
Tidak ada ( Normal )
-
Wajah
Bentuk :
Oval
Kesimetrisan : Simetris ( normal )
-Mata
Kebersihan : Bersih
Fungsi
penglihatan : Miopi ( rabun jauh dan dekat )
Diplopia :
Tidak ada ( fungsi normal )
Pupil : isokor ( sama bulat )
Konjuntiva :
Anemis
Skelera :
Ikteris
-Hidung
Kebersihan :
Bersih
Polip :
Tidak ada
-Mulut
Bibir :
Pucat
Mukosa :
Lembab
Caries :
Ada ( Gigi bagian belakang )
Jumlah
gagi :
sudah tidak lengkap
-Telinga
Kebersihan :
Bersih
Kesimetrisan :
Simetris ( tidak ada kelainan )
B.
Leher
-
Pergerakan :
Normal
-
Tekanan vena Jugolaris : Ada Benjolan :
( - ) berkurang
C.
Dada
-
Tipe pernapasan : Teratur
Suara
nafas :
Vesicular
Retraksi
dinding dada : Normal ( tidak ada )
Keluhan :
Tidak ada ( Normal )
- Payudara
Kesimetrisan :
Simetris
Keluhan
:
Tidak ada
D.
Abdomen
- Kesimetrisan : Simetris
Lain-lain :
Nyeri tekan pada bagian bawah
E. Genetalia
- Kebersihan : Bersih
Keluhan :
Nyeri
Lain-lain :
pembenkakan kelenjar prostat
F. Anus
- Kebersihan : Bersih
Hemoroid :
Tidak terdapat Hemoroid
Keluhan :
Tidak ada
G. Ekstrimitas
- Kesimetrisan : Baik / simetris
Kekuatan : Baik
Keluhan :
Tidak ada
H.
Punggung
- Kebersihan : Bersih
Nyeri
tekan :
Tidak ada
Keluhan :
Tidak ada
Lain-lain :
Tidak ada
F.THERAPY OBAT
NO
|
JENIS
|
PEMBERIAN
|
DOSIS
|
||||
1
|
RL
|
IVFD
|
Gtt 20 x/mnt
|
||||
2
|
Ranitidin
|
IVFD
|
3 x 1 amp
|
||||
3
|
Ceftriaxone
|
IVFD
|
3
x 1 amp
|
||||
4
|
Keterolac
|
Drip
|
3 x 1 amp
|
||||
5
|
Metronidazole
|
IVFD
|
2 x 500g
|
||||
6
|
PCT
|
Oral
|
3 x 500g
|
||||
G. DATA PENUNJANG
A. laboratorium
Tanggal
pemeriksaan
|
Pemeriksaan
|
Parameter
|
Hasil
|
Nilai
normal
|
20-04-
2013
|
Darah
|
Hemoglobin
|
11,4
|
L : 12-14 g/dl
|
P: 12-13 g/dl
|
||||
Eritrosit
|
-
|
L : 4’5-5,3 juta/ul
|
||
P : 4,0-5,0 juta/ul
|
||||
Leukosit
|
8.800
|
5.000-10.000 /ul
|
||
Trombosit
|
243.000
|
150.000-400.000 /ul
|
||
Hematokrit
|
40%
|
L : 40-48%
|
||
P : 37-43%
|
||||
Laju
endapan
|
-
|
L : < 10 mm /jam
|
||
P : < 20 mm /jam
|
||||
Urine
|
Reduksi
|
( - )
|
|
|
Protein
|
( - )
|
|
||
Bilirubin
|
( - )
|
|
||
Sedimen:
• Leukosit
• Eritrosit
• Sel epitel
• Kristal
• Silinder
• Lain-lain
|
+ penuh
+ 8-10 /
lp
+ /
penuh
Amorp (
+ )
-
-
|
|
||
Gula darah
|
Gula
darah puasa
|
-
|
70-110 mg%
|
|
Glukosa
2 jam setelah makan
|
-
|
< 180 mg%
|
||
Gula
darah sewaktu
|
83
|
< 140 mg%
|
||
Cholesterol
|
141
|
< 200 mg%
|
||
Trigliserid
|
-
|
< 200 mg%
|
||
LDL
|
-
|
<130 mg%
|
||
HDL
|
-
|
L : > 50 mg%
|
||
P : > 60 mg%
|
||||
Asam urat
|
4,0
|
L : 3-7 mg%
|
||
P : 2-6 mg%
|
||||
|
22
|
|
||
Creatin
|
0,7
|
L : 0,9-1,2 mg%
|
||
P : 0,6-1,1 mg%
|
|
|
Total protein
|
-
|
6,7-8,7 g%
|
Albumin
|
-
|
3,8-5,1 g%
|
||
Globulin
|
-
|
1,5-3,0 g%
|
||
Bilirubin total
|
0,9
|
< 1,1 mg%
|
||
Bilirubin direct
|
0,3
|
< 0,3 mg%
|
||
Bilirubin indirect
|
0,6
|
< 0,75 mg%
|
||
SGOT
|
26
|
Sampai 34 U/l
|
||
SGPT
|
28
|
Sampai 34 U/l
|
||
Gamma GT
|
-
|
Sampai 50 U/l
|
||
HBS Ag
|
( - ) neg
|
neg
|
H. ANALISA DATA
No.
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1
|
Nyeri
berhubungan dengan abses pada daerah mandibula ditandai dengan :
DS:
Klien
merasa nyeri pada pipi sebelah kiri
DO:
Klien tampak meringis dan gelisah
K/u :
lemah
Td : 130 / 80 MmHg
Pulse : 84X / Menit
RR :
23X / Menit
Temp : 38,2 ®C
|
saraf sensorik hipotalamus
sraf
motorik
Nyeri
|
Terjadinya
Nyeri
|
2
|
Hipertermi yang berhubungan dengan
proses penyakit
DS
:
Klien
mengatakan demam
DO:
- suhu tubuh klien tinggi
38,2 ®C
|
terjadinya peradangan
tidak
terkontrolnya suhu tubuh
hypetermi |
hypetremi
|
3
|
Gangguan
pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area mandibula
DS :
Klien
mengatakan sulit untuk melan
DO
:
Klien
tidak dapat menealn makanan karena nyeri di daerah mandibula
|
Ganguan
aktivitas
Ganggusn
pola nutrisi
|
Ganggusn
pola nutrisi
|
B.
Prioritas Masalah
1. Nyeri
berhubungan dengan abses pada mandibula.
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit.
3. Gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area mandibula.
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit.
3. Gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan, nyeri area mandibula.
ASUHAN KEPERAWATAN
N
o
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
|
Tindakan
Keperawatan
|
Evaluasi
|
Ttd Perawat
|
|||||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
|||||||
1
|
Nyeri berhubungan dengan abses mandibula ditandai dengan :
DS:
Klien
merasa nyeri pada pipi sebelah kiri
DO:
Klien tampak meringis dan
gelisah
K/u
: lemah
Td : 130 / 80 MmHg
Pulse : 84X / Menit
RR : 23X / Menit
Temp :
38,2 ®C
|
Tupen:
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam klien dapat tidak merasa
nyeri
Tupan: diharapakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 masalah klien teratasi dengan
krieria:
-nyeri
berkurang
- klien
tampak tenang
|
• Observasi
tanda-tanda vital.
• kaji tingkat nyeri
• jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri
• Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian therafi obat,
|
•Diharapkan dapat
menormalkan tanda-tanda vital
•Diharapk Nyeri
berkurang
•Diharapkan Klien
mngetahui penyebab nyeri
•Diharapkan kolborasi
bermanfaat
|
24 April 2013
Pukul 08.30
• Mengobservasi tanda-tanda vital.
Td : 110 / 80 MmHg
Pulse : 80X / Menit
RR : 23X / Menit
Temp : 38,0 ®C
• Skala Nyeri
berkurangmenjadi skala 3
•Klien telah
mengetahui bahwa nyeri disebabkan oleh penumpukan push di bagian rahangnya
• Berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian therafi obat,
-Rl gtt 20x/m
-ranitidin
-ceftriaxone
- keterolac
-Metronidazole
-Pct
|
S : klien
mengatakan badannya
sudah tidak lemas
O : klien
tampak terlihat tenang
Td : 120 / 80 MmHg
Pulse : 80X / Menit
RR : 23X / Menit
Temp
: 38,0 ®C
A :
masalah teratasi sebagian
P : intervensi
di lanjutkan
I : -Observasi TTv
-Lakukan pemantauan sekala
nyeri
E: K/u
membaik
|
|
|||
2
|
Hipertermi yang berhubungan dengan
proses penyakit
DS
:
Klien
mengatakan demam
DO:
- suhu tubuh klien tinggi
38,2 ®C
|
Tupen:
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam suhu tubuh pasien
kembali normal
Tupan:
diharapakan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 masalah klien
teratasi dengan krieria:
- demam
berkurang
- suhu tubuh normal |
• Monitor
suhu tubuh klien
•Atur posisi yang nyaman
bagi klien.
• Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian antipiretic,
|
·
diharapkan suhu tubuh klien terpantau
·
diharapkan dapat memberikan rasa nyaman
·
diharapkan kolaborasi bermanfaat
|
24 April
2013
Pukul 10.00
·
suhu tubuh klien mulai
normal dari 38,2˚C kini menjadi 36,7˚C
·
klien nyaman dengan posisi
yang dianjurkan
· Berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian antipiretic:
- PCT 3 X 500g
|
S: klien mwngatakan suhu tubuhnya membaik
O: klien tampak tenang A: masalah teratasi P: intervensi dilanjutkan: I : • Lakukan pemantauan suhu tubuh klien • lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalm pemberian antipiretic jika suhu kembali naik
E
: k/u membaik
|
|
|||
3.
|
Gangguan
pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area mandibula
DS
:
Klien
mengatakan sulit untuk melan
DO
:
Klien tidak dapat menelan makanan
karena nyeri di daerah mandibula
|
Tupen:
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1X24 jam klien bisa
memenuhi kebutuhan nutrisinya
Tupan:
diharapakan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 masalah klien
teratasi dengan krieria:
- dapat
menelan
- Nyeri tidak terasa lagi |
•mengatur
posisi senyaman mungkin
•berikan
makanan dalam bentuk lunak
•lakukan
kompres untuk mengurangi nyeri
|
•Diharapkan
dapat membantu pasien untuk nyaman
•Diharapkan
dapat membantu dalm linkungan melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi
•Diharapkan
dapat mengurangi nyeri
|
24 April
2013
Pukul 10.00
•Klien
mengatakan sudah nyaman dengan posisi yang di anjurkan
•Klien
mengatakan bisa menelan makanan yang lunak
•Nyeri
berkurang dari sekala 6 menjadi sekala 3
|
S: klien mengatakan sudah bisa tidur
O: klien terlihat membaik A: masalah teratasi sebagian P: intervensi di hentikan
I : tidak ada intervensi yang akan di berikan
E : K/u membaik
|
|
|||
CATATAN
PERKEMBANGAN
Hari/waktu
|
Diagnosa keperawatan
|
Perkembangan (SOAPIE)
|
Ttd perawat
|
25 April 2013
Pukul 09.00
|
Nyeri berhubungan dengan abses
mandibula
Hipertermi yang berhubungan
dengan proses penyakit
|
S : Klien mengatakan masih sering terasa
nyeri pada daerah rahang
O : klien tampak susah, di bantu dalam melakukan
aktivitas.
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi lanjutkan
I : pantau
sekala nyeri klien
E : k/u membaik
S : Klien mengatakan jika nyeri pada
bagian rahang selalu d iringi oleh suhu tubuh yang naik
O : suhu tubuh klien naik turun
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi lanjutkan
I : lakukan
kolaborasi dengan tim dokter dalm pemberian antipiretic jika suhu kembali
naik
E : k/u membaik
|
|
26 April 2013
08.30
|
Nyeri berhubungan dengan abses
mandibula
Hipertermi yang berhubungan
dengan proses penyakit
|
S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
O : klien tampak tenang dan melakukan aktivitas.
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi lanjutkan
I : tidak ada
intervesi yang di terapkan
E : k/u membaik
S : Klien mengatakan suhu tubuhnya sudah
normal
O : suhu tubuh klien sudah kembali normal
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi lanjutkan
I : tidak ada
intervesi yang di terapkan
E : k/u membaik
|
|
I wont say that i have been looking for this kind of information, but once i saw it i realized that it had genuine and important information. I can say that your post is one very interesting one, its a page that i would refer to someone with a comfortable state of mind. Floating Corner Shelf Thanks.
BalasHapus